Selasa, 20 Januari 2015

TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA



TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA






Disusun Oleh :

Kelompok 6

 Eka Nurul Hidayati (01)
Ika Nurvitasari (15)
Muhammad Tahsinul Wafi (22)
Syifa Faridha (27)


Kelas XI IIS 2




SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 JETIS
BANTUL
2015

--------------------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang

                Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah kerukunan umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan antarumat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Kerukunan itu bukan barang gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak di negeri ini.

            Bukan hanya harta benda yang hilang terbakar, tetapi banyak nyawa manusia tak bersalah juga melayang. Kita sebagai masyarakat terpelajar harus berperan serta dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara, menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, dan berpartisipasi dalam menjaga kerukunan di mana saja kita berada dan kapan saja waktunya.

                Akhir – akhir ini, nilai kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai terkikis, mengalami degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika sudah mulai luntur dalam pemahaman dan pengalaman masyarakat.

            Ini bisa dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah Indonesia seperti kasus Poso, Ambon, Sampang yang mengatasnamakan agama. Konflik – konflik yang mengatasnamakan agama ini bahkan disinyalir telah mengancam terjadinya disintegrasi bangsa.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.

            Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

            Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.

            Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.

            Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

2.      Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Toleransi?
2.      Mengapa Toleransi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3.      Mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan?
4.      Apa manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
5.      Bagaimana contoh perilaku yang menunjukkan toleransi?


3.      Tujuan

1.      Mengetahui makna kata Toleransi.
2.      Mengetahui seberapa penting Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3.      Mengetahui alasan mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan.
4.      Mengetahui apa saja manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.      Mengetahui contoh perilaku yang menunjukkan toleransi.


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Toleransi

 Toleransi berasal dari bahasa latin “Tolerare” yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok – kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama – agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

B.     Pentingnya Toleransi


“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10 : 40)


“Dan jika mereka (tetap) mendustakan kamu (Muhammad), maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".” (Q.S. Yunus/10 : 41)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan hal – hal berikut:

1.      Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. terbagi menjadi 2 golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang disampaikannya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi Muhammad SAW. dan tidak beriman kepada Al-Qur’an.
2.      Allah SWT. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang – orang beriman yang selama hidup di dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak beriman kepada-Nya.
3.      Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar meskipun hidup di tengah – tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
4.      Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara menghargai perbedaan dan toleransi dengan tidak mengganggu aktivitas keagamaan orang lain.

C.    Menghindarkan Diri dari Perilaku Tindak Kekerasan

            Manusia dianugerahi oleh Allah SWT. berupa nafsu. Dengan nafsu tersebut, manusia dapat merasa benci dan cinta. Dengannya pula manusia bisa melakukan persahabatan dan permusuhan serta bisa mencapai kesempurnaan ataupun kesengsaraan. Hanya nafsu yang berhasil dijinakkan oleh akal yang akan menghantarkan manusia kepada kesempurnaan. Begitupun sebaliknya.

            Permusuhan berasal dari rasa benci yang dimiliki oleh setiap manusia. Sebagaimana cinta, bencipun berasal dari nafsu yang harus bertumpu di atas pondasi akal. Permusuhan di antara manusia terkadang karena kedengkian pada hal – hal duniawi seperti pada kasus Qabil dan Habil ataupun pada kisah Nabi Yusuf as. dan saudara – saudaranya. Terkadang pula permusuhan dikarenakan dasar ideologi dan keyakinan.


“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain (qisas), atau bukan karena berbuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan – akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah – olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.” (Q.S. Al Maidah/5 : 32)

            Allah SWT. menjelaskan dalam ayat ini, bahwa setelah peristiwa pembunuhan Qabil terhadap Habil, Allah SWT. menetapkan suatu hukum bahwa membunuh seseorang sama dengan membunuh seluruh manusia. Begitu juga menyelamatkan kehidupan seseorang sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Ayat ini menyinggung sebuah prinsip sosial di mana masyarakat bagaikan sebuah tubuh, sedangkan individu – individu masyarakat merupakan anggota tubuh tersebut. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya pun ikut merasakan sakit.

Dalam Q.S. Al Maidah/5 : 32 terdapat 3 pelajaran yang dapat dipetik:

1.      Nasib kehidupan manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
2.      Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan. Pembunuhan seorang manusia dengan maksud jahat merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi keputusan pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap seorang pembunuh dalam rangka qisas merupakan sumber kehidupan masyarakat.
3.      Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti dokter, perawat, polisi harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau menyelamatkan orang yang sakit dari kematian bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat darikehancuran.

            Tugas kita bersama adalah menjaga ketentraman hidup dengan cara mencintai tetangga, orang – orang yang berada di sekitar kita. Artinya, kita dilarang melakukan perilaku – perilaku yang dapat merugikan orang lain, termasuk menyakitinya dan melakukan tindakan kekerasan kepadanya.

            Di Indonesia ada hukum yang mengatur pelarangan melakukan tindak kekerasan, termasuk kekerasan pada anak dan anggota keluarga, misalnya UU No. 23 Tahun 2002 dan UU No. 23 Tahun 2004.

D.    Manfaat Toleransi Hidup Beragama dalam Pandangan Islam

§  Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.
§  Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antarsesama manusia.
Merajut hubungan damai antarpenganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing – masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh melakukan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.
§  Pembangunan berjalan dengan lancar
§  Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
§  Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

E.     Menerapkan Perilaku Mulia

            Kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini harus kita pertahankan demi ketentraman dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinekaan ini adalah dengan toleransi atau saling menghargai.

            Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.

            Berikut perilaku – perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran  Islam.

1.    Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak pada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun tidak boleh memaksakan keyakinannya pada kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insyaallah orang lain akan tertarik. Rasulullah SAW. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk kepada musuh – musuhnya. Banyak orang kafir yang tertarik pada akhlak Rasulullah SAW. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.
2.   Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3.      Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau mengganggu orang lain, kita harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan. Bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita? Tentu kita juga akan merasa risih jika diganggu oleh orang lain.
4.      Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فِى كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244).
Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.
5.      Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim.
Allah Ta’ala berfirman,

وإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا
 وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Dipaksa syirik, namun tetap kita disuruh berbuat baik pada orang tua.
      Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ibuku       pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِى الدِّينِ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).
6.      Boleh memberi hadiah pada non muslim.
Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi mereka, atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

رَأَى عُمَرُ حُلَّةً عَلَى رَجُلٍ تُبَاعُ فَقَالَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم –
 ابْتَعْ هَذِهِ الْحُلَّةَ تَلْبَسْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَإِذَا جَاءَكَ الْوَفْدُ . فَقَالَ « إِنَّمَا يَلْبَسُ
 هَذَا مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ فِى الآخِرَةِ » . فَأُتِىَ رَسُولُ اللَّهِ –
صلى الله عليه وسلم – مِنْهَا بِحُلَلٍ فَأَرْسَلَ إِلَى عُمَرَ مِنْهَا بِحُلَّةٍ .
 فَقَالَ عُمَرُ كَيْفَ أَلْبَسُهَا وَقَدْ قُلْتَ فِيهَا مَا قُلْتَ قَالَ
« إِنِّى لَمْ أَكْسُكَهَا لِتَلْبَسَهَا ، تَبِيعُهَا أَوْ تَكْسُوهَا »
 . فَأَرْسَلَ بِهَا عُمَرُ إِلَى أَخٍ لَهُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ قَبْلَ أَنْ يُسْلِمَ

“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada ‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya  di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).

Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada saudaranya yang non muslim.


BAB III
PENUTUP

 
A.    Kesimpulan

            Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang artinya adalah : "dengan sabar membiarkan sesuatu". Jadi secara harafiah pengertian dari Toleransi beragama ialah dengan sabar membiarkan orang menjalankan agama-agama lain. Harus bisa lebih kita maknai dan lebih bisa kita definisikan toleransi beragama. Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita.

Manfaat toleransi hidup beragama dalam pandangan Islam:
§  Menghindari Terjadinya Perpecahan
§  Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
§  Pembangunan berjalan dengan lancar
§  Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
§  Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan

Contoh perilaku yang menunjukkan adanya toleransi:
§  Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan
§  Saling menghargai adanya perbedaan pendapat
§  Belajar empati
§  Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit
§  Tetap menjalin hubungan kerabat  pada orang tua atau saudara non muslim
§  Boleh memberi hadiah pada non muslim


B.  Penutup

      Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Islam bersikap sangat terbuka dengan kemajemukan. Bahkan, Islam memandangnya sebagai salah satu dari sunnatullah di alam ini. Keanekaragaman yang telah menjadi kehendak Allah tersebut, tentu saja bukan untuk dipertentangkan dan membawa kepada perpecahan. Akan tetapi dengan meyikapi secara positif dan konstruktif, pluralisme justru akan membawa manfaat yang besar terhadap kemaslahatan kehidupan manusia.

      Toleransi dapat dikatakan sebagai jalan keluar yang dicetuskan islam untuk menyikapi pluralisme. Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. yang dapat dijadikan referensi dalam menikmati hidup bertoleransi. Secara umum, Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW menekankan pentingnya keadilan, kasih sayang dan kemanusiaan yang semuanya merupakan pilar – pilar toleransi. Hanya saja Islam menggaris bawahi bahwa toleransi hanya akn efektif jika masing – masing pihak tetap berjalan di atas relnya dan tidak merongrong eksistensi pihak lain. Jika terjadi pengkhianatan terhadap nilai – nilai toleransi, maka Islam mengharuskan umat Islam bersikap tegas dengan memerangi pihak – pihak yang telah merusak harmoni ritme kehidupan tersebut.

15 komentar: